Iman dan Tulisan

Ya memang. Aku sangat percaya, kegiatan menulis bagi penulis tak ubahnya iman pada seorang mukmin. Selayaknya iman yang memang mengalami pasang surut di dada, begitupun tulisan. Kadang ia bagus, kadang pula buruk. 

Tetapi jangan khawatir, sang pembawa panji rahmatan lil’alamin itu sudah menyediakan tips teruntuk manusia pada umunya yang pasti mengalami perubahan vertikal-horizontal terhadap iman. 

“Perbaruilah iman kalian” Sabda Rasulullah SAW kepada para sahabat.

“Lantas bagaimana kami memperbarui iman kami wahai Rasul?” 

“Perbanyaklah membaca La ilaha illallah” Terang Nabi Muhammad SAW.

Begitulah sumber terpercaya setelah Al qur’an itu menjelaskan bagaiman tips untuk memperbarui atau dalam arti yang sesungguhnya menaikkan rating iman yang terdegradasi. Karena memang, iman manusia pada umumnya tanpa pilih bulu, siapapun itu, pasti dan tak bisa dihindari akan mengalami pasang surut. Oleh karena itu manusia sempurna penutup kenabian itu mewanti-wanti umatnya agar tidak sekalipun dalam sehari semalam melupakan kalimat tauhid tersebut. Setidaknya sembilan kali di dalam tasyahud.

Sebab, iman golongan yang ketiga ini, maksudnya iman anak Adam pada umumnya, berbeda dengan iman para Malaikat dan para Nabi. Iman para malaikat adalah keimanan yang monoton, iman mereka tetap tak bertambah juga tak berkurang. Sedangkan iman para Nabi dan Rasul adalah iman yang tak pernah berkurang sedikitpun justru sebaliknya, ia akan terus bertambah-tambah, menapaki pelataran haqqul yaqin. 

Begitupun tulisan, seperti halnya iman ia juga butuh suplemen penting untuk memperbaiki. Nah, satu-satunya yang dapat dilakukan oleh penulis yang mengalami penurunan atau kekurangan ide dalam menulis, cuma satu yaitu, memperbanyak baca saja. Ya, cuma membaca.

2 comments

Tinggalkan komentar